PDCA (Plan, Do, Check, Act) Pada ISMS

Di dalam ISO/IEC 27001:2005 disebutkan bahwa ISMS (Information Security Management System) / SMKI (Sistem Manajemen Keamanan Informasi) merupakan suatu proses yang disusun berdasarkan pendekatan risiko bisnis untuk merencanakan (Plan), mengimplementasikan dan mengoperasikan (Do), memonitor dan meninjau ulang (Check) serta memlihara dan meningkatkan atau mengembangkan (Act) terhadap keamanan informasi perusahaan. Jadi jika mengacu pada pengertian SMKI tersebut, bahwa ISMS adalah suatu pendekatan proses Plan - Do - Check - Act (PDCA) maka untuk mengimplementasikannya diperlukan dukungan manajemen. Berikut tahapan dalam model PDCA :



PLAN (Establish the ISMS)
Tahap perencanaan terdapat beberapa aktivitas yang perlu dilakukan antara lain :

1. Ruang lingkup ISMS
Pemetaan ruang lingkup ISMS agar sesuai dengan kebutuhan keamanan informasi perusahaan seperti pemetaan terhadap proses-proses bisnis yang ada, fungsi-fungsi yang berjalan dalam sistem informasi dan aspek-aspek teknologi yang diterapakan. Pemetaan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran terkini, gap, dan planning kedepan terhadap ISMS.

2. Pendekatan Metodologi berbasis Risiko
Pendekatan metodologi berbasis risiko ini disesuaiakan dengan kriteria perusahaan atau dapat menggunakan standard atau framework yang paling sesuai diterapkan. Metologi secara umum dibagi dalam beberapa tahap sesuai dengan antara lain :
- Analisa Risiko : Dalam tahap ini terdapat beberapa aktivitas seperti asesmen risiko seperti indentifikasi threat, vulnerablity, karakterisktik sistem, likelyhood, analisa dampak/menghitung BIA dan lain-lain. Tujuan dari tahap ini untuk memperoleh gambaran detail dari risiko yang ada.
- Risk Mitigation : Pemilihan terhadap mitigaasi risiko yang akan digunakan, strategi mitigasi risiko, cost benefit analysis dan lain-lain . Pemilihan kontrol dan metrik terhadap ISMS yang bertujuan untuk memperoleh suatu "nilai" berdasarkan gambaran kondisi ISMS dan target pencapaian dari penerapan.
- Risk Evaluation dan Monitoring : Monitoring dan evaluasi terhadap risiko yang ada.

3. Penentuan Kebijakan ISMS
Merupakan pernyataan resmi perusahaan terkait ISMS yang dapat berupa Policy, procedure, standard, guideline dan work instruction.

4. SOA (Statement of Applicability)
Dokumentasi analisis terkait apa dan mengapa kontrol atau kebijakan isms tersebut dipilih dan akan diterapkan. SOA dapat dilakukan setelah melakukan metodologi berbasis risiko.

DO (Implement And Operate the ISMS)
Tahap DO merupakan tahap pelaksanaan dari apa-apa yang telah ditentukan dan direncanakan dalam tahap sebelumnya yakni PLAN. Aktivitas-aktivitas ditahap ini antara lain:
1. Mengelola semua resources yang mungkin terlibat dalam ISMS mencakup: acquire, configuration, maintain dan disposal.
2. Pengawasan implementasi dari ISMS.
3. Pengembangan kebijakan yang disesuaian dengan kerangka yang dihasilkan dalam tahap plan.
4. Knowledge transfer dan user awarness terhadap ISMS.

CHECK (Monitor and Review the ISMS)
ISMS memerlukan adanya pengukuran dalam tahap perencanaan dan implementasi untuk memberikan gambaran gap antara perencanaan dengan implementasi dan dalam rangka menuju langkah improvement ISMS. Dalam tahap ini aktivitas yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pengukuran hasil kinerja dari keseluruhan ISMS mecakup pencatatan dan pengumpulan bukti-bukti baik fisik maupun logik sebagai sarana audit.
2. Pengukuran efektifitas dari suatu control yang diterapakan.
3. Review keseluruhan ISMS dan memberikan analisa ISMS.

ACT (Maintain and Improve the ISMS)
Seluruh kontrol yang ditetapkan dan telah diterapkan dalam ISMS tidak akan memberikan hasil yang efektif tanpa adanya improvement atau semua itu hanya akan menjadi tumpukan dokumen atau kumpulan file-file tanpa arti. Tahap ACT mencakup point penting antara lain :
1. Melakukan peningkatan dari hasil asesmen tahap-tahap ISMS sebelumnya.
2. Memastikan kegagalan tidak terulang kembali.
3. Knowledge transfer dari hasil peningkatan.